Budidaya Tanaman Cabai Dengan Sistem Tumpang Sari

Budidaya Cabe Dengan Tumpang SariTanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan kentang atau tomat sudah biasa diterapkan para petani sayuran. Namun tidak semua varietas cabai bisa cocok dengan sistem tanam ini. Hanya varietas yang memiliki produktivitas dan daya tahan yang bagus dari serangan hama penyakit yang akan banyak dipilih petani yaitu varietas Birawa.

Metode tanam tumpangsari dengan banyak ragam tanaman dalam satu luasan lahan sudah sangat lazim dilakukan oleh para petani sayuran di kecamatan mesuji. Mengoptimalkan potensi lahan sekaligus meningkatkan margin keuntungan menjadi pertimbangan utamanya.

Dari sekian banyak ragam sayuran, yang diusahakan oleh BP3K Kecamatan Mesuji  dengan sistem tanam tumpangsari antara lain: cabai dan tomat. Menurut Pak Paham petani yang berada di BP3K Mesuji tepatnya di desa sidomulyo, jenis sayuran ini merupakan tanaman yang sering diusahakan petani, karena paling banyak dicari pasar dan relatif mudah perawatannya. 

“Petani di sini selalu tumpangsari. Yang paling sering ditanam itu cabai dan tomat. Meskipun dari sisi produksi kurang optimal, tapi nilai keuntungannya lebih tinggi. Tapi bagi petani yang mau mengejar produksi yang lebih bagus tapi nilai keuntungannya lebih rendah, biasanya mereka tanam cabai-kubis-sawi putih,” terang Pak Paham Petani di BP3K Kecamatan Mesuji.
Untuk tanaman cabai sendiri, diakui Pak Paham, memang menjadi salah satu tanaman yang tidak pernah terlewatkan oleh petani, sepanjang waktu bisa dipastikan akan selalu ada, meskipun fungsi utamanya hanyalah sebagai tanaman tambahan atau pelengkap di samping tanaman utama, yaitu kentang atau tomat.

Kegiatan Tanaman cabai tumpangsari ini termasuk kegiatan Demplot BP3K kecamatan mesuji yang menekankan petani agar dapat mencontoh kegiatan tersebut.

Pak Paham juga mengatakan, dalam sistem tumpangsari yang biasa diterapkan para petani di daerahnya, diperlukan varietas yang memiliki keunggulan dalam hal ketahanan terhadap serangan hama penyakit disamping produktivitasnya yang juga bagus. “Karena di sini penanamannya tidak pernah berhenti. Seperti tomat atau cabai, penanamannya terus menerus. Sehingga rentan terkena layu. Kalau varietasnya tidak tahan, sudah pasti hancur dan tidak lagi ditanam petani,” jelas Jelas Pak Paham. (Daliman, S.P.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *