Nipah Sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan

Indonesia adalah negara yang terletak tepat di bawah garis khatulistiwa. Hal ini membuat Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, salah satunya adalah hutan. Hutan Indonesia adalah hutan terbesar kedua setelah Afrika, tetapi sangat disayangkan Indonesia juga menjadi nominasi negara nomor satu perusakan hutan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pembalakan liar yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan oknum pemerintah yang turut serta dalam upaya pembalakan liar tersebut. Pembalakan liar atau penebangan liar (illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengolahan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.

Tanaman NipahSalah satu masalah mengenai perusakan hutan di Indonesia adalah hutan di daerah rawa. Hutan rawa terdapat di daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar dan terletak di belakang hutan payau, itu berarti terletak dari arah tepi laut sesudah hutan payau. Seperti pada hutan payau. Hutan rawa dicirikan dengan adanya tempat tumbuh yang memiliki aerasi buruk (Arifin, 2001) .

Dampak langsung dari kerusakan alam ini adalah berbagai bencana yang tengah melanda Indonesia dan dunia beberapa waktu terakhir ini. Seperti pemanasan global, banjir dan berbagai bencana yang lain. Disamping itu masalah lain yang dihadapi dekade ini adalah masalah energi. Krisis energi seolah sudah di depan mata. Sehingga perlu adanya tindakan nyata untuk segera mengatasinya. Pada umumnya isu lingkungan dengan pemenuhan energi bertolak belakang sehingga perlu adanya solusi yang dapat memadukan keduanya. Untuk memperoleh energi terutama energy fosil membutuhkan investasi besar, mengancam kelestarian lingkungan dan hasil pembakaran dari penggunaannya menimbulkan gas rumah kaca yang dituding sebagai salah satu pemicu pemanasan global. Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global seperti menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, menggalakan kegiatan reduce, reuse dan recycle.

Telah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk mencari berbagai sumber energi alternatif dalam mengatasi persoalan serius membumbungnya harga bahan bakar minyak di pasar dunia yang semakin tidak terkendali. Sejak dua-tiga tahun terakhir, seiring dengan adanya indikasi meningkatnya harga minyak di pasar dunia, beberapa negara mulai mengambil kebijakan untuk mempromosikan bioethanol. Bioethanol dipandang sebagai pilihan yang jitu selain sebagai alternatif kelangkaan bahan bakar minyak juga dipandang “lebih ramah lingkungan” atau “greener” serta dikampanyekan sebagai sustainable energy. Tantangan Indonesia ke depan adalah bagaimana menegakkan kedaulatan energi dihadapkan dengan kelestarian lingkungan. Di sini peluang energi alternatif dan terbarukan dapat dimaksimalkan. Energi bagi suatu negara bisa diibaratkan sebagai darah dalam tubuh seorang manusia. Ketersediaan energi amat menentukan produktivitas, kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang tanpa ketahanan energi, maka tidak mungkin bisa berkembang menjadi negara yang maju, besar dan makmur. Ketahanan energi, sesungguhnya bukan hal mustahil untuk diwujudkan. Malah Indonesia sangat berpeluang mewujudkannya, dikarenakan negara ini memiliki sumber daya energi yang berlimpah di berbagai wilayah di Tanah Air. Indonesia memiliki puluhan jenis tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sumber energi baru. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi besar dalam sumber energi baru dan terbarukan adalah nipah.

Bunga Tanaman NipahNama ilmiahnya adalah Nypa fruticans, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota marga Nypa. Tumbuhan ini merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove. Nipah merupakan tanaman yang memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah dalam hal penanaman, dalam proses penanaman nipah tidak membutuhkan banyak proses, kita hanya membutuhkan biji nipah yang sudah tua sebagai bakal bibit. Setelah biji tersebut bertunas maka siap untuk ditanam dengan jarak 3×3 meter di areal rawa. Keunggulan lain penggunaan nipah sebagai bahan baku pembuatan bioetanol antara lain karena nipah bukan sumber utama pangan sehingga tidak akan bersaing dengan kebutuhan pangan lainya.

Bagian yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol adalah niranya sehingga tidak merusak ekologinya, serta satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi sekitar 3 liter nira perhari dan setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama 20 hari. Bunga nipah jantan dilindungi oleh seludang bunga, namun bagian yang terisi serbuk sari tetap tersembul keluar. Bunga nipah betina berbentuk bulat peluru dan bengkok mengarah ke samping. Panjang tangkai badan bunga mencapai 100-170 cm. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya. Empat hingga lima bulan sejak keluarnya bunga nipah, tandan bunga tersebut dapat disadap. Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka bila dilakukan penyadapan pasti akan dapat memperoleh jumlah nira yang maksimal. Buah tipe buah batu dengan mesokarp bersabut, bulat telur terbalik dan gepeng dengan 2-3 rusuk, coklat kemerahan, 11 x 13 cm, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar 30 cm. Struktur buah mirip buah kelapa, dengan eksokarp halus, mesokarp berupa sabut, dan endokarp keras yang disebut tempurung. Biji terlindung oleh tempurung dengan panjangnya antara 8-13 cm dan berbentuk kerucut. Dalam satu tandan, buahnya dapat mencapai antara 30-50 butir, berdempetan satu dengan yang lainnya membentuk kumpulan buah bundar. Buah yang masak gugur ke air dan mengapung mengikuti arus pasang surut atau aliran air hingga tersangkut di tempat tumbuhnya. Kerap kali buah telah berkecambah ketika dihanyutkan arus ke tempat yang baru.

Pemanfaatan Nipah Sumber Kebutuhan Ekonomi

Nipah yang telah berumur 3-5 tahun umumya sudah berproduksi, dalam umur produktif ini, maka nipah banyak sekali manfaatnya. Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah memiliki banyak manfaat selain sebagai kerajinan seni tetapi juga dapat menjadi pakan ternak. Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan tali. Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang muda, yang disebut tembatuk, mirip dengan kolang-kaling (buah atep). Sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung.(Wikipedia Indonesia. 2010). Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Fermentasi lebih lanjut dari nira nipah akan menghasilkan cuka. Di Malaysia, nira nipah dibuat sebagai bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati pengganti bahan bakar minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar 11.000 liter/ha/tahun, jauh lebih unggul dibandingkan kelapa sawit (5.000 liter/ha/tahun). Sehingga dapat dikatakan nipah tersebut telah siap untuk dijadikan sebagai tanaman hutan yang diubah menjadi tanaman industri sehingga keberlangsungan dari nipah tersebut akan lestari, karena penduduk pasti akan menjaganya sebagai bahan baku bio-ethanol. Secara umum, pembuatan bioetanol dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Proses Pembuatan Bio Etanol Ketika saatnya tiba, memiliki ketahanan dan berswasembada energi, sekaligus bisa menjadi eksportir biofuel (yang antara lain mencakup bioetanol, biodiesel, dan biogas), bukanlah sekedar mimpi semata. Jika saja ribuan hektare rawa-rawa atau daerah pasang surut yang selama ini terlantar percuma, mulai dihijaukan dengan pepohonan nipah, lahan kritis di berbagai pulau yang membentang meranggas tak terpedulikan, ditaburi bibit tanaman nipah untuk bahan baku energi terbarukan sebagai langkah kepastian penyediaan energi bagi masyarakat. (Zae)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *