Asap cair yang dikenal dengan berbagai manfaat, salah satunya adalah sebagai koagulan (pembekuan) getah karet. Karena asap cair mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin, ketiga senyawa tersebut bersifat antimikroba, antibakteri, dan antioksidan seperti senyawa asam organik.
Dengan karakteristik asap cair yang ramah lingkungan dan murah tetepi tidak murahan sangat cocok untuk menurunkan pH getah karet sehingga lebih cepat menggumpal.
Menurut (Djeni Hendra, d.k.k, 2014), Pembuatan asap cari sangat mudah, yaitu hanya menggunakan kiln drum yang dimodifikasi dengan suhu 400 oC selama 7 jam. Maka akan terbentuk kemurniat dengan distilasi dengan suhu 200 oC. Kemudian dianalisis kualitasnya asap cair yaitu kadar air, viskositas, berat jenis, pH, asiditas dan fenol.
Dalam penelitian tentang Asap Cair sebagai kogulan getah karet dari bitaro bahwa kualitas lateks beku terbaik dihasilkan pada penggunaan konsentrasi tempurung bintaro 20%, dan waktu paling cepat dengan konsentrasi asap cair tempurung kelapa 5%.
Proses penggumpalan getah karet adalah dengan cara menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya dikisaran antara 4,5 – 4,7. Kebanyakan yang sekarang digunakan untuk pengumpalan tersebut dengan menggunakan senyawa asam organik seperti asam formiat/asam semut atau asam asetat.
Pohon bintaro yang selama ini dikenal sebagai pohon peneduh ternyata memiliki buah yang tidak bisa dimakan, tetapi memiliki kandungan minyak yang baik untuk biodesel dan tempurung, bisa yang dimanfaatkan untuk pembuatan asap cair.
Penggunaan tempurung kelapa untuk koagulan getah karet akan bersinggunan dengan penggunaan tempurung kelapa untuk pembakaran makanan.
Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2011 luas perkebunan karet Indoesia dalah sebanyak 523,1 ribu Ha. Hal ini merupakan potensi pemanfaatan untuk penggumpalan getah karet dari acap cair tempurung buah bintaro.
Sumber: http://pustekolah.org