PROSPEK AGRIBISNIS INTEGRASI KELAPASAWIT DAN TERNAK

0
87
views

Prospek agribisnis sapi potong yang terintegrasi dengan kebun kelapa sawit sangat menguntungkan, namun ada beberapa hal yang harus dikelola dengan baik yaitu bagaimana pengembangan ternaknya sendiri, pemasaran dan pasca panen, produksi pupuk organik/kompos sebagai hasil ikutan limbah ternak, serta penguatan kelembagaan petani.

 

  1. Pengembangan Ternak

 

  1. Pengembangan Ternak Sapi Potong

Pengembangan ternak khususnya sapi potong, dengan tujuan utamanya agar budidaya sapi potong yang berintegrasi  dengan perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan anakan (bibit). Kemudian bibit dikembangbiakkan lebih lanjut. Bibit yang dikembangbiakkan adalah bibit yang telah diseleksi untuk mendapatkan turunan yang baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi daging sapi. Agar peningkatan produksi daging sapi ini dapat terlaksana, harus dilakukan pemberdayaan petani sapi potong yang berkelanjutan antara lain melalui program Inseminasi Buatan (IB), embrio ternak (ET), kawin silang, pengembangan sapi potong turunan IB disilangkan dengan bibit import. Selain itu adanya perbaikan pakan.

Jumlah sapi potong yang dapat di pelihara di kebun kelapa sawit yaitu tiap satu ekor sapi potong yang beratnya 400-5000 kg dengan anaknya, membutuhkan rata- rata 4 ha kebun kelapa sawit (berdasarkan ketersediaan pakan yang berasal dari hijauan antar tanaman/HAT) serta pemanfaatan hasil ikutan sawit (pelepah, daun, serat buah sawit), akan meningkatkan jumlah sapi potong.

  1. Penggemukan Ternak Sapi (Fattening)

Budidaya ternak sapi yang bertujuan untuk menghasilkan sapi yang siap dipotong untuk menghasilkan daging disebut usaha penggemukan (fattening) sapi. Keberhasilan penggemukan sapi potong dipengaruhi oleh jenis ketersediaan bibit bakalan yang dikelola, tersedianya pakan ternak (hijauan dan konsentrat), air minum dan air mandi ternak untuk membersihkan kandang, lokasi tidak banjir memiliki akses transportasi untuk mengangkut hasil dan agroinput, serta ketersediaan sarana prasarana dan pasar.

Dalam pengembangan penggemukan sapi, ternak  bibit bakalannya  dapat menggunakan hasil budidaya pembibitan milik sendiri dan atau dari peternakan lain atau impor.

Penggemukan sapi dengan sapi bakalan dari peternakan sendiri, diawali masa pembesaran anak sehingga waktu penggemukan hanya membutuhkan 90 – 100 hari saja.  Bila sapi bakalan berasal dari impor, pelaksanaannya  langsung masuk pada masa penggemukan 90 – 100 hari. Pakan ternak cukup tersedia baik hijauan antar tanaman maupun konsentrat dari hasil ikutan pengolahan kelapa sawit.

 

  1. Pemasaran dan Pasca Panen

Pemasaran hasil  ternak turunan dan ternak afkir (culling) harus dikendalikan dengan sebaik – baiknya, mengacu pada upaya berkelanjutan dan kemandirian. Kemandirian berarti upaya – upaya yang dilaksanakan akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap pasokan impor baik sapi bakalan maupun daging sapi  impor. Peranan integrasi ternak akan semakin besar bila dikaitkan dengan pertumbuhan area perkebunan kelapa sawit yang hingga saat ini tumbuh 14% dan tiap 4 ha menghasilkan 1 (satu) ekor sapi potong dengan konversi karkas 268 kg akan dapat menghasilkan daging dandapat memenuhi permintaan pasar domestik. Bila integrasi sapi dengan kelapa sawit dilaksanaakan secara luas dapat digunakan sebagai upaya percepatan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan daging domestik. Diharapkan pola integrasi semacam ini dapat mengisi pasar internasional menjadi komoditas ekspor untuk meningkatkan komoditi ekspor non migas.

Pemasaran hasil ternak dan produksinya dapat ditagani oleh lembaga petani atau koperasi petani. Demikian juga pengelolaan agroinput produksinya. Penangan pasca panen dapat diupayakan untuk setiap 25 unit usaha integrasi memiliki 1(satu) unit rumah pemotongan hewan (RPH). Dengan adalanya fasilitas RPH, akan meningkatkan nilai tambah dan kelenturan usaha terhadap ganggunan fluktiasi harga. RPH dapat merupakan bagian pengelolaan pemasaran hasil ternak.

  1. Produksi Pupuk Organik/Kompos

Pupuk organik sangat bermanfaat menyehatkan lahan pertanian dengan meningkatkan kandungan unsur organik dan biofisik tanah. sehingga berperan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas lahan pertanian. Seekor sapi menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg per hari. Dengan proses dapat dihasilkan 4-5 kg per hari pupuk organik atau kompos 1,5 – 2 ton  pertahun. Kebutuhan pupuk organik untuk tiap hektar lahan usaha tani bersifat lokal spesifik, tergantung kondisi lahan, jenis tanaman, dan pola tanam.

  1. Penguatan kelembagaan petani

Perusahaan dengan pola patungan sebaiknya dikembangkan hal ini memerlukan tenaga professional. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga pengelola perusahaan yang berasal  dari petani sebagai pemegang saham (koperasi) perlu peningkatan kemampuan SDM nya sekaligus akan memperkuat kelembagaan petani (poktan/gapoktan) menjadi kelembagaan ekonomi petani/KEP dalam bentuk Koperasi atau PT).

  1. Pelaksanaan integrasi sawit dan sapi

Agar integrasi sawit dan ternak berhasil dengan baik, ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:

  1. Lokasi dipilih yang mudah dijangkau, ada dukungan infrastruktur dan adanya kelembagaan petani yang kuat.
  2. Pilihan budidaya ternak sapi berupa penggemukan atau pembibitan sapi potong.
  3. Jenis sapi yang di pilih jenis unggul
  4. Pemeliharaan dilakukan dengan kandang kelompok atau kandang individu

sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/98444/prospek-agribisnis-integrasi-kelapasawit-dan-ternak/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here