Upaya Kementan Terkait Serangan OPT Tanaman Padi

JAKARTA – Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan menangani banjir serta kekeringan pada tanaman padi. Upaya yang dilakukan di antaranya melakukan pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 222.509 ha, mengirim surat peningkatan kewaspadaan dan antisipasi serta prakiraan awal Musim Kering (MK) tahun 2015 kepada Gubernur seluruh Indonesia dan realisasi pelaksanaan penerapan PHT skala luas pada tanaman padi sampai bulan April 2015 sebanyak 7,04% dari rencana 142 unit.

“Selain itu, Kementan juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap perkembangan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan. Lebih jauh, Kementan juga melakukan penyerahan Cadangan Benih Nasional (CBN),” ujar Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Pending Dadih Permana dalam siaran persnya, Kamis (7/5).

Berdasarkan laporan dari Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi seluruh Indonesia yang diterima Kementan, pada Musim Hujan (MH) 2014/2015 (Oktober-Maret) yakni luas lahan padi yang mengalami puso karena serangan serangan OPT, banjir dan kekeringan seluas 39.532 ha. “Dengan kata lain, sebesar 0,49 persen dari luas tanam sebesar 8.043.639 hektare,” ujarnya.

Luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan karena banjir yakni seluas 33.325 ha (0,41% dari luas tanam 8.043.639 ha) dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Desember terutama di Provinsi Aceh, Jawa Timur, dan Banten.

Untuk puso karena kekeringan yakni seluas 5.881 ha (0,07% dari luas tanam 8.043.639 ha) dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Oktober terutama di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.

“Sedangkan puso yang disebabkan karena OPT yakni seluas 318 ha (0,004% dari luas tanam 8.043.639 ha) yang luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Desember terutama di Provinsi Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Barat,” tambahnya.

Sementara itu, pada Musim Kemarau (MK) 2014 (April-September), luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan yakni seluas 27.927 ha (0,48% dari luas tanam 5.873.912 ha).

Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut yakni disebabkan karena kekeringan seluas 22.077 ha (0,38% dari luas tanam 5.873.912 ha) dengan luas puso terbesarnya terjadi pada bulan September terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Aceh.

Kemudian, puso disebabkan karena banjir seluas 4.451 ha (0,08% dari luas tanam 5.873.912 ha) yang terjadi pada bulan Juni terutama di Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Jambi.

“Sedangkan puso karena OPT seluas 1.400 ha (0,02% dari luas tanam 5.873.912 ha) yang luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Juli terumata di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Banten,” paparnya.

Untuk informasi, luas areal padi yang mengalami puso pada tahun 2015 (Januari-Maret) yang disebabkan karena serangan OPT, banjir dan kekeringan yakni seluas 12.403 ha (0,35% dari luas tanam 3.593.107 ha). Luas puso terbesar pada periode tersebut yakni disebabkan karena banjir seluas 12.280 ha (0,34% dari luas tanam 3.593.107 ha), dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Februari terutama di Provinsi Banten, Jawa Timur dan Aceh.

Selanjutnya, puso yang disebabkan karena OPT seluas 66 ha dari luas tanam 3.593.107 ha, dimana puso terbesarnya terjadi pada bulan Februari terutama di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Jawa Timur.

Terakhir, puso disebabkan karena kekeringan seluas 58 ha dari luas tanam 3.593.107 ha, dimana luas puso terbesarnya pada bulan Maret terutama di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

Sebagai data pembanding, luas areal padi terkena puso karena OPT, banjir dan kekeringan tahun 2014 (Januari-Desember) yakni seluas 178.892 ha dari luas tanamnya 13.569.481 ha. Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan karena banjir seluas 141.045 ha, dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Januari terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Aceh.

Kemudian puso karena kekeringan seluas 35.423 ha, dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan September terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Aceh dan Jawa Tengah. Selanjutnya, puso karena OPT yakni seluas 2.424 ha, dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Juli terutama di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Banten.

Sumber: www.pertanian.go.id