Bawang merah (Allium ascalonicum L) termasuk komoditas utama yang menjadi sumber pendapatan petani. Saat ini produksi bawang merah belum mencukupi kebutuhan domestic/dalam negeri. Brebes sebagai daerah penghasil bawang menghasilkan 30 % dari total produksi Nasional. Permasalahan yang akhir- akhir ini terjadi adalah produktifitas rendah, sehingga menyebabkan harga mahal dan sulit untuk dieksport ke Luar Negeri. Menurut Wawan Junaidi (2009) ada beberapa kendala yang dapat menyebabkan rendahnya produktifitas bawang merah dalam skala nasional, diantaranya adalah: Cara budidaya yang kurang optimal, banyak serangan hama dan penyakit, hanya dapat ditanam sepanjang musim, petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus, cepat busuk, karena kurangnya pemahamn petani tentang penanganan pasca panen. Beberapa varietas yang telah dikeluarkan oleh Badan Litbang yaitu: Mentes, Katumi dan Pikatan
SYARAT TUMBUH
Tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat dengan pH 5.5 – 6.5, ketinggian tempat ideal 0 – 400 meter dari permukaan laut, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C
PEMILIHAN BIBIT
Menanam bawang merah umumnya dilakukan dengan menggunakan umbi, dengan syarat sebagai berikut: (a) ukuran umbi 2,5-7,5 gr, (b) tanaman dipanen pada umur 70 – 90 hari dan sehat, (c) umbi tidak bercampur dengan varietas lain dan tidak cacat, luka atau sobek (d) telah mengalami masa penyimpanan antara 2-3 bulan. Sebelum tanam, kulit luar bibit bawang merah yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Selain itu, bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih kurang lebih 1/3-1/4 bagian dari panjang umbi. Potong dengan hati-hati agar tunasnya tidak ikut terpotong. Pemotongan bertujuan agar umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping, dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Kebutuhan bibit yang digunakan untuk lahan 1 ha 1.000- 1.200 kg atau 200.000 umbi.
PENGOLAHAN TANAH
Buat bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 beri dolomit dengan dosis + 1,5 ton/ha sebarkan di atas bedengan dan aduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2.
PENANAMAN
Waktu tanam yang paling baik adalah di awal musim kemarau (Mei/Juni – Agustus/ September ). Lakukan penanaman saat cuaca sedang cerah
Jarak dan cara Tanam
Tentukan jarak tanam dengan menggunakan tali,dengan ukuran 20 cm x 20 cm, 15 cm x 20 cm atau 20 cm x 10 cm. Tanam bibit bawang merah satu persatu sehingga 2/3 bagian siung masuk ke dalam tanah, dan posisi siung jangan terbalik lalu airi tanag bedengan hingga cukup basah (lembab).
PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman
Lakukan pada awal pertumbuhan hingga umur 7 hari setelah tanam dengan cara mengganti bibit yang mati atau busuk
2. Pengairan
Lakukan penyiraman secara intensif yaitu 2- 5 kali dalam seminggu, jangan sampai tanah mengalami kekeringan. Pengairan yang paling baik adalah dengan dileb, atau lakukan penyiraman dengan menggunakan gembor atau alat lain yang praktis. Kurangi pengairan secara berangsur-angsur saat pembentukan umbi agar tidak terjadi pembusukan.
3. Pemupukan dan penyiangan
Jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk, beberapa hasil penelitian yang dapat di pedomani sebagai berikut: berikan pupuk NPK (15.15.15) sebanyak 300-400 kg per ha, berikan setengah dosis (150- 200 kg) pada saat tanam. Cara pemberian bisa dengan cara tugal atau dicampur merata dengan tanah. Sisanya dapat diberikan saat tanaman berumur 1-2 minggu dengan cara disebarkan diantara barisan tanaman lalu tutup dengan tanah. Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang, lakukan juga pendangiran/ bumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah.
4. Pengamatan Hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang adalah ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher
Pengendalian: rotasi tanaman, tanam serempak, pemasangan Sex Pheromone atau perangkap ngengat jantan dewasa dengan “ Ugratas Biru” yang dipasang 5-10 buah untuk per hatanaman selama 3 minggu atau lakukan penyemprotan
dengan insektisida seperti Hostatihion 40 EC / 2 cc/ liter. Sedangkan penyakityang sering menyerang adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh.
PANEN
Lakukan saat umur 60-90 hari tergantung varietas dengan ciri: 60-90 % leher batang lemas dan daun menguning, umbi lapis sudah kelihatan padat berisi dan tersembul di atas tanah, warna kulit mengkilat atau memerah. Lakukan panen saat tanah kering dengan mencabut rumpun tanaman beserta batangnya. Produksi per ha 10-21 ton umbi basah , untuk pertanaman cukup bagus.
sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/99505/budidaya-bawang-merah-/