(Mulyasari, 26/10/2015) Cabai tergolong produk pertanian yang harganya fluktuatif dan seringkali melambung tinggi. Namun, Saat ini harga cabai relatif lebih terkendali dan harga seperti di pasar brabasan dan simpang pematang mencapai Rp. 13.000 per kg. Saat harga cabai melonjak tinggi di yakini banyak orang yang berfikir untuk menanam dan membudidayakan cabai dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan memasak sendiri ataupun untuk kepentingan bisnis/di jual. Mungkin pemikiran seperti itulah yang ada di benak pak sulakno, warga desa mulyasari (SP 11) Kecamatan Mesuji. Pak sulakno merupakan seorang petani yang baru pertama kali membudidayakan cabai dan sudah 3 kali merasakan hasil panen dari kebun cabainya. hal ini di ceritakan kepada tim pembinaan pada suatu kesempatan di bulan september 2015 yang di lakukan oleh Kepala BP4K mesuji drh. Sri Purwanti beserta rombongan yang teridiri dari koordinator KJF, daliman; Kabid Programa Teknologi dan Informasi, Diyana serta Kasi Alsintan,Pupuk & Puap, Suwarda dan Kabid Hortikultura Hadidi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Mesuji.
Usaha budidaya cabai yang di kembangkan pak sulakno ini menggunakkan sistem mulsa dan tim yang meninjau lokasi kebun seluas 0,1 ha ini memberikan saran agar hasil panen lebih meningkat, yakni dengan mengupayakan pemangkasan tunas – tunas atapun cabang-cabang yang terletak di bawah cabang utama sehingga cabai yang di hasilkan lebih berat bobotnya dan dapat meningkatkan kualitas cabai yang di panen. Hal ini di kemukakan diyana selaku anggota tim pembinaan.
Kepala BP4K berharap Usaha swadaya budidaya cabai di kebun sendiri ini di harapkan akan terus berkembang dan selaku satuan kerja yang membidangi penyuluhan pertanian akan selalu siap membantu, membina pengembangan sektor usaha seperti ini. (nng)