Beras adalah makanan pokok bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Keberhasilan dalam budidaya padi sawah sebagai tanaman sumber makanan pokok utama ini sangat mempengaruhi ketersediaan dan ketahanan pangan hingga di daerah.
Iklim merupakan salah satu factor penentu keberhasilan bagi pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi petani sebagai pelaku utama, maka kondisi iklim dapat dirasakan dampaknya secara langsung bagi usaha tani yang dia tekuni. Ketika iklim mendukung usaha taninya, seperti curah hujan, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban, maka peluang akan keberhasilan usaha tani akan relative besar. Sebaliknya jika factor iklim tadi tidak mendukung usaha taninya maka peluang keberhasilannya menjadi kecil.
Di awal tahun 2020 ini dunia di gemparkan oleh bencana pandemic Covid-19 yang mengancam jiwa setiap manusia. Khusus untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tahun 2020 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan bagi sektor pertaniannya. Mulai dari bencana banjir di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur yang meyebabkan ratusan hektar sawah terkena dampak, hingga serangan hama dan penyakit yang menyebabkan menurunnya produksi gabah di tingkat petani. Serangan hama wereng batang coklat (WBC) dan penyakit blast tercatat menjadi OPT yang paling dominan di pertanaman padi.
Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian, sejak tahun 2007 telah menyusun Inovasi Kalender Tanam, kemudian disempurnakan menjadi Kalender Tanam Terpadu yang memuat rekomendasi teknologi dan instrumen penting bagi stakeholders dan petani untuk meningkatkan produksi. Kalender Tanam (KATAM) Terpadu merupakan pedoman bagi penyuluh dan petani dalam menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat, sesuai dengan kondisi iklim di setiap kecamatan, yang telah dipadukan dengan rekomendasi penggunaan varietas, pemupukan, dan kebutuhan sarana produksi hingga tingkat kecamatan.
II. PERTANIAN MENGHADAPI ANCAMAN PANDEMI COVID-19
Seperti kita ketahui bersama bahwa pada awal tahun 2020, infeksi 2019-nCoV menjadi masalah kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus bertambah parah hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah novel coronavirus. Kasus ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar China. Pandemi ini berdampak pada semua aspek kehidupan manusia termasuk pertanian.
Sub sektor pertanian pun turut terkena dampaknya, khususnya ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) hadir untuk menanggulangi dampak dari Covid-19 tersebut, khususnya pada faktor produksi atau ketersediaan pangan dari komoditas pertanian termasuk komoditas perkebunan. Pertanian sebagai penopang utama ketahanan pangan di Indonesia tetap harus dijalankan dengan mengikuti protocol yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu seperti physical distancing dan pembatasan keramaian.
Selain permasalahan Covid-19 yang hingga saat ini belum mereda sebenarnya ada masalah klasik yang selalui dihadapi oleh petani khususnya petani padi sawah. Kita sama-sama sudah mengetahui bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Produktivitas tanaman padi, baik padi ladang atau padi sawah yang masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain kekeringan, banjir,dosis pemupukan yang kurang tepat dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Permasalahan ini merupakan ancaman atau faktor yang mejadi penghalang upaya peningkatan produksi tanaman padi.
- Kekeringan
Fenomena alam yang terjadi akibat berkurangnya curah hujan secara signifikan yang menyebabkan ketidakseimbangan hidrologi dan kelangkaan air dan berdampak terhadap sumberdaya lahan dan sistem produksi pertanian.
- Banjir
Merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal yang umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi (di atas normal) yang menyebabkan terendamnya daratan dalam jangka waktu tertentu.
- Konsep Pemupukan Berimbang
Penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian.
- Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)Organisme yang menempel atau berada pada suatu habitat yang menyebabkan organisme inang/utama dalam hal ini tanaman menjadi terganggu.
III. KATAM TERPADU SEBAGAI SENJATA PENYULUH DI MASA PANDEMI
Protokol pencegahan dan kontrol terhadap populasi tertentu seperti physical distancing dan pembatasan keramaian saat menghadapi Pandemi Covid-19 menjadi permasalahan sendiri bagi kegiatan penyuluhan. Penyuluh pertanian untuk sementara tidak lagi dapat secara leluasa dalam melakukan pertemuan kelompok tani dalam skala pengumpulan massa di dalam kegiatan penyuluhannya Di era pertanian 4.0 ini yang ditambah dengan permasalahan pandemic Covid-19 ini, penyuluhan pertanian harus bijsa dilakukan jarak jauh dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini seperti pertemuan dengan memanfaatkan android yang dimiliki. Salah satu teknologi yang selalu siap untuk di transfer kepada petani padi sawah adalah Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu. Katam terpadu dapat di akses oleh petani di mana saja mereka berada dengan syarat ada jaringan internet yang mendukungnya.
Data yang di tampilkan dalam Kalender Tanam Terpadu terus di setiap tahunnya termasuk juga untuk luas baku sawah yang sudah mengacu pada data terbaru terkait luas baku sawah. Sistem Informasi Kalender Tanam (Katam) Terpadu ini memberi informasi tentang potensi pola tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekokmendasi teknologi adaptif pada level provinsi sampai dengan tingkat kecamatan, di seluruh Indonesia. Sistem ini sangat operasional, disusun berdasarkan prakiraan iklim per musim, dapat diintegrasikan dengan rekomendasi pemupukan, benih dan pengelolaan hama terpadu (PHT).
Sistem Informasi Katam Terpadu berfungsi untuk memberi informasi tentang potensi pola tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekomendasi teknologi adaptif pada level Kecamatan/Kabupaten/Provinsi.
Penggunaan dan optimalisasi data prakiraan cuaca dan kondisi metreologi serta geofisika di negara maju diolah sedemikian rupa hingga mampu menghasilkan informasi yang bisa dipergunakan oleh masyarakat. Hal ini tentu penting dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai kondisi.Selain kebencanaan, informasi ini juga penting untuk bidang-bidang lain seperti penerbangan, informasi wisata, pertanian dan lain-lain.
Kemajuan informasi untuk bidang pertanian di Indonesia tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan ikut andil dalam kemajuan pembangunan. Indonesia yang memiliki potensi pertanian sangat besar memerlukan berbagai perangkat untuk membangun sektor ini.Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup tentu akan sangat dasyat bila didukung oleh sumberdaya lain seperti teknologi dan informasi.
Pendekatan pengembangan kalender tanam ini disusun berdasarkan kondisi aktual dilapang dan kondisi potensial dengan menggunakan analisis klimatologis.Kondisi aktual diketahui dari luas tanam dan insensitas penanaman, sedangkan kondisi potensial disimpulkan melalui analisis ketersediaan air berdasarkan curah hujan seperti pada Diagram alir penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial. Jika pun terjadi perubahan waktu tanam, maka BMKG akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian agar menyebarluaskan informasinya ke daerah. Jadi selain akurat, informasinya juga ter. Bagi wilayah yang belum mengakses internet, bisa menghubungi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang tersedian di masing-masing .
sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/92977/pemanfaatan-sistem-informasi-katam-terpadu–di-masa-pandemi-covid-19/