Pemanfaatan Lahan Sawah Saat Diberokan Untuk Budidaya Tanaman Semangka

0
254
views

Lahan sawah di desa Jaya Sakti memiliki luas kurang lebih 138 ha dengan sistem pengairan tadah hujan dengan pola tanam padi-padi-bero. Pada saat musim penghujan sawah ini dimanfaatkan untuk menanam tanaman padi secara keseluruhan, sedangkan saat musim gadu atau MT II sawah ini dimanfaatkan sebagian oleh petani untuk menanam tanaman palawija dan juga padi, namun hanya sebagian saja.

Pada musim bero yaitu setelah MT II lahan sawah ini diberokan atau tidak diusahakan untuk budidaya tanaman apapun, sehingga oleh salah satu petani di Desa Jayasakti yang bernama bapak Suwardi dimanfaatkan untuk menanam semangka dalam luasan 2 ha. Lahan yang sangat luas ini hanya 2 ha saja yang digunakan untuk budidaya semangka, hal ini dikarenakan keterbatasan modal dan keterbatasan tenaga kerja yang benar-benar mampu untuk melakukan budidaya tanaman ini dan juga kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya semangka ini.

Pada budidaya semangka yang dilakukan bapak suwardi dimulai dengan modal secara keseluruhan kurang lebih Rp. 50 juta. Penanaman dilakukan pada bulan Oktober tetapi mulai persiapan lahan dilakukan mulai bulan September.

Biaya terbesar dari budidaya semangka ini adalah bibit, sebab bibit yang dibeli untuk luasan 2 ha bisa mencapai 10 juta. Keperluan lainnya adalah mulsa, selang drip, pupuk kompos ayam petelur, herbisida, pupuk kimia dan lain sebagainya. Sedangkan tenaga kerja dibayar setelah panen atau istilahnya bagi hasil namun biaya hidup selama di areal ditanggung oleh pemilik lahan.

Pada budidaya semangka ini hal yang wajib diperhatikan adalah jumlah air yang masuk atau istilahnya lebih baik menyiram daripada terlalu banyak air meskipun pada saat musim penghujan, inti dari keberhasilan budidaya semangka ini terletak pada kondisi tanah yang tuntas tidak ada genangan air di lahan.

Untuk penggunaan pupuk kompos dipilih pupuk kompos ayam petelur sebab penggunaan kompos ayam petelur ini tidak menyebabkan jamur dan rumput tidak mudah tumbuh sehingga pengendalian gulma dapat ditekan.

Petani semangka untuk bisa berhasil dalam budidaya maupun pemasarannya harus memperhatikan waktu tanam yang tepat serta harga jualnya yang tinggi, misalnya menanam pada musim penghujan akan menyebabkan tanah menjadi bacek dan terlalu banyak air akan banyak ulat yang menyerang ini tidak bagus pada tanaman semangka dan harga jual pada musim-musim ini akan rendah. Berbeda bila pada musim kemarau, air akan tuntas di areal dan tanah tidak bacek sulur tanaman semangka tidak mudah busuk serta hama dan penyakit relatif sedikit sebab cuaca cukup panas tidak sesuai dengan habitat hama dan penyakit pada kebanyakan. Serta pada musim-musim ini cenderung harga bagus.

Kendala yang dihadapi pada saat tanam semangka di musim bero ini aadalah ketersediaan air yang harus disedot menggunakan alkon untuk dapat memenuhi kebutuhan air tanaman semangka terutama pada saat pembesaran buah air harus cukup tetapi tidak berlebihan.

Dari budidaya semangka dengan memanfaatkan lahan sawah bero ini bapak suwardi dapat meraup keuntungan bersih Rp. 128 juta per ha dengan harga jual di petani semangka per kg Rp.5.000,-, dengan produksi yang dicapai per ha 30 ton.(Ari.W)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here